Rabu, Februari 15, 2012

Istana Dalam Loka (Rumah Adat Sumbawa)


Dalam Loka atau Istana Tua bekas kediaman resmi Raja Sumbawa, kini tidak lagi
berdiri megah dan kokoh, semegah dan sekokoh adat dan budaya Samawa dimasa
lalu. Tidak tahu kepada siapa kita harus bertanya, mengapa semua ini
terjadi. Mungkin kita harus bertanya kepada rumput yang bergoyang? atau
kepada siapa.....wallahu a'lam

Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat adalah bekas wilayah kesultanan
Sumbawa yang diperintah oleh Sultan Muhamad Kaharuddin III (1931-1958) yang
merupakan sultan terakhir dari dinasti Amasa (Mas) Bantan Dewa Dalam Bawa.
Mengingat Sumbawa yang pernah menjadi wilayah kerajaan tentu saja sangat
banyak memiliki dan meninggalkan warisan benda-benda budaya yang patut
dilestarikan.

Peninggalan Kesultanan Sumbawa yaitu istana Dalam Loka yang didirikan pada
tahun 1885 oleh Sultan Muhamad Jalaluddin III (1883-1931). Pada tanggal 13
Nopember 1975 dibuat pernyataan bersama antara keluarga Sultan Muhamad
Kaharudin III (1931-1958) mengenai kesepakatan penyerahan pemugaran istana
tua Dalam Loka kepeda pihak pemerintah (Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI). Hak
milik atas istana Dalam Loka dan pekarangan tetap menrupakan hak turun
temurun dari Sri Sultan M. Kaharuddin III.. Mulai sejak saat itulah biaya pemugaran
datang dari APBN dan APBD I Prov. NTB, dan menjadi situs areal temuan
benda-benda purbakala.
Pengertian Dalam Loka sendiri berarti, Dalam = istana, rumah-rumah dalam
lingkungan istana, Loka = Dunia, tempat. Dalam Loka bermakna istana tempat
tinggal raja, katakanlah pusat pemerintahan. Pada tahun 1932 didirika istana baru
yaitu Gedug Wisma Praja. Pun menjadi kebanggan rakyat Sumbawa, model istana
Dalam Loka menjadi prototype bangunan adat mewakili NTB di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Konsepsi Bangunan
Sebelum Dalam Loka dibangun di atas lokasi yang sama pernah dibangun pula
beberapa istana kerajaan pendahulu. Diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala
Sawo dan Istana Gunung Setia. Istana-istana ini telah lapuk dimakan usia bahkan
diantaranya ada yang terbakar habis di makan api. Sebagai gantinya, dibangunlah
sebuah istana kerajaan yang cukup besar ukurannya beratap kembar serta
dilengkapi dengan berbagai atribut. Istana yang dibangun terakhir ini bernama
Dalam Loka. Arsitektur Dalam Loka sebagai istana memiliki bentuk yang
istimewa, tidak sama seperti bangunan-bangunan umum yang berdiri disekitarnya.

Bangunan Dalam Loka berukuran luas 696,98 m2 ditopang oleh tiang sebanyak 99
buah, namunsekarang berjumlah 96 buah. Bilangan 99 seperti jumlah tiang
untuk mengingatkan agar Raja dalam menjalankan pemerintahan hendaknya
mengadaptasi sifat Tuhan sebanyak 99 jumlahnya. 
Yaitu, rahman/pengasih, rahim/penyayang dan seterusnya.
Sedangkan tangga yang menjadi pintu masuk ke istana, mengambil bentuk
sebuah pendakian yang mengadung konsepsi nilai bahwa siapaun seyogyanya
menaruh hormat kepada Raja. Hal ini dinyatan, melalui sikap tubuh yang
membungkuk manakala memanjat tangga istana.
Susunan ruangan dalam istana yang asli terdiri dari beberapa bagian antara lain:
Lunyuk Agung yakni ruangan depan atau balairung, tempat untuk musyawarah,
penerima tamu-tamu agung, resepsi kerajaan, upacara-upacara adat dan
sebagainya. Bagian barat terdapat beberapa kamar yaitu kamar sholat atau
sembahyang, kamar peraduan Sri Sultan serta kamar untuk tuan putri beserta
dayang-dayangnya. Bagian timur terdapat empat buah kamar dipergunakan bagi
putra dan putri Sultan yang sudah berumah tangga serta pejabat istana yang
berstatus kepala rumah tangga kerajaan. Bagian tengah antara kamar-kamar
sebelah timur dan barat merupakan ruangan besar memanjang, berfungsi sebagai
tempat untuk mengatur hidangan untuk segala macam upacara adat dan
selamatan, sedangkan pada hari-hari biasa merupakan ruangan untuk berkumpul,
bercanda para keluarga istana. Selain itu pada malam hari ruangan itu
dimanfaatkan untuk ruang tidur. Aslinya, di luar bangunan induk bagian sebelah
barat memanjang terdapat jamban Sri Sultan dan permaisuri serta para tuan putri.
Di samping itu juga terdapat sebuah Bala Bulo atau anjung-anjung berbentuk
rumah susun berlantai tiga. Bagian bawah untuk tempat tidur para putri yang
belum berumah tangga, dan bagian atasnya khusus untuk para putri raja berikut
keluarga istana yang wanita dan para dayang-dayangnya. Dikala ada keramaian
pada upacara-upacara adat, maka bagian atas ini berfungsi pula sebagai tribune
untuk menonton.
BEKAS istana Sultan Sumbawa yang lebih dikenal dengan Dalam Loka, kini tidak
lagi berdiri kokoh seperti sebelumnnya. Sejak beberapa tahun terakhir ini, Istana
Tua yang menjadi icon sejarah ini telah dirobohkan untuk renovasi total. Namun
renovasi ini memakan waktu sangat lama dan dikhawatirkan tidak bisa
dirampungkan.Kabar terakhir terdengar bahwa kendala utama renovasi Istana Tua
itu karena kayu jati alam mesti didatangkan dari Jawa. Sampai berita ini
diturunkan, tidak ada tanda-tanda bahwa renovasi itu berjalan. Kini tinggal
rangka-rangka kayu yang masih berdiri. Entah kapan renovasi itu selesai. Tidak
ada pihak yang merasa berkewajiban memberikan penjelasan.
Sejak 1994 bangunan ini berubah fungsi menjadi museum daerah. Hal ini
dimaksudkan selain untuk melestarikan bangunan Dalam Loka, juga dihajatkan
sebagai tempat menyimpan benda purbakala yang ada di daerah ini.

Tanggal 1 Maret 1994 Dalam Loka resmi menjadi Museum sesuai Keputusan
Bupati Sumbawabernomor 118/1994.Sejak saat itulah semua benda purbakala
yang masi bisa diselamatkan disimpan di Dalam Loka, seperti giologika,
etnografika, arkeologika, historika dan yang sejenisnya. Perhatian Pemerintah
Kabupaten Sumbawa saat itu terbilang sangat besar. Hal itu dibuktikan
dengan adanya beberapa kali rehab ringan beberapa bagian Istana Tua itu yang
dialokasikan melalui APBD II Sumbawa,bahkan sejumlah karyawan moseum mendapat
honor dari APBD II setiap tahunnya. Kalau nggak salah catat, petugas moseum saat itu
ada 11 orang termasuk Kepala Moseum nya bapak Haji Dinollah Rayes.
Namun sayang setelah Bupatinya digantikan oleh putra-putra daerah, justeru
Dalam Loka dibiarkan terbengkalai. Jangan tanya soal honor petugas moseum,
benda-benda purbakala yang dulu disimpan di moseum pun hilang tak berbekas.
Yang tertinggal hanyalah gambar-gambar usang dan beberapa benda yang tidak
lagi mencerminkan kejayaan Kerajaan Sumbawa dimasa lalu.Dalam APBD II
Sumbawa tahun 2009, juga tidak ada anggaran khusus bagi upaya pelestarian
Dalam Loka.

Ahmad Zuhri Muhtar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar